Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Ref. Silang FULL -> Ams 1:33
Ref. Silang FULL: Ams 1:33 - dengan aman // kedahsyatan malapetaka · dengan aman: Bil 24:21; Bil 24:21; Ul 33:28; Ul 33:28; Ams 3:23
· kedahsyatan malapetaka: Ams 1:21-26; Ams 1:21 s/d 26; Mazm 112:8; Ma...
· dengan aman: Bil 24:21; [Lihat FULL. Bil 24:21]; Ul 33:28; [Lihat FULL. Ul 33:28]; Ams 3:23
· kedahsyatan malapetaka: Ams 1:21-26; [Lihat FULL. Ams 1:21] s/d 26; Mazm 112:8; [Lihat FULL. Mazm 112:8]
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ams 1:20-33
Matthew Henry: Ams 1:20-33 - --Nasihat-nasihat Hikmat; Hukuman bagi Orang-orang Berdosa yang Keras Kepala (1:20-33)
Salomo, setelah menunjukkan betapa berbahayanya mendengarkan g...
Nasihat-nasihat Hikmat; Hukuman bagi Orang-orang Berdosa yang Keras Kepala (1:20-33)
- Salomo, setelah menunjukkan betapa berbahayanya mendengarkan godaan-godaan Iblis, di sini menunjukkan betapa berbahayanya tidak mendengarkan panggilan-panggilan Allah, yang akan kita sesali selama-lamanya jika kita mengabaikannya.
- Amatilah:
- I. Melalui siapa Allah berseru-seru kepada kita – melalui hikmat. Hikmatlah yang berseru nyaring di jalan-jalan. Kata yang digunakan di sini adalah kata jamak, yaitu hikmat-hikmat, sebab, sama seperti ada hikmat tak terbatas pada Allah, demikian pula ada pelbagai ragam hikmat Allah (Ef. 3:10). Allah berbicara kepada anak-anak manusia melalui berbagai macam hikmat, dan, sama seperti dalam setiap kehendak Allah ada hikmat kebijaksanaan, demikian pula dalam setiap perkataan-Nya.
- 1. Pengertian manusia adalah hikmat, terang dan hukum alam, kekuatan dan kemampuan-kemampuan akal budi, dan tuntutan hati nurani (Ayb. 38:36). Melalui hal-hal ini Allah berbicara kepada anak-anak manusia, dan beperkara dengan mereka. Roh manusia adalah pelita TUHAN. Ke mana pun manusia pergi, mereka dapat mendengar suara di belakang mereka yang berkata, “Inilah jalannya.” Suara hati nurani adalah suara Allah, yang tidak selamanya pelan dan samar-samar, tetapi adakalanya berseru-seru.
- 2. Pemerintahan negara adalah hikmat. Pemerintahan itu adalah ketetapan Allah. Para hakim adalah wakil-wakil-Nya. Allah melalui Daud telah berkata kepada pembual-pembual: “Jangan membual ” (Mzm. 75:5). Di depan pintu-pintu gerbang, dan di atas tembok-tembok (kjv: di pusat-pusat keramaian – pen.), di mana terdapat lembaga-lembaga pengadilan, para hakim, sang hikmat bangsa, berseru kepada orang-orang fasik, dalam nama Allah, untuk bertobat dan memperbaharui diri.
- 3. Pewahyuan ilahi adalah hikmat. Setiap katanya, setiap hukumnya, adalah bijaksana sebagaimana hikmat itu sendiri. Melalui firman tertulis, melalui hukum Musa, yang memperhadapkan kepada kita berkat dan kutuk, melalui mulut para imam yang menjaga pengetahuan, melalui hamba-hamba-Nya para nabi, dan semua hamba dari firman tertulis ini, Allah menyatakan pikiran-Nya kepada orang-orang berdosa, dan memberi mereka peringatan dengan sejelas-jelasnya seperti yang diserukan orang di jalan-jalan atau di pengadilan-pengadilan. Allah, di dalam firman-Nya, tidak hanya membuka kasus, tetapi juga memperkarakannya dengan anak-anak manusia. Marilah, baiklah kita beperkara! (Yes. 1:18).
- 4. Kristus sendiri adalah Hikmat, Segala Hikmat, sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan, dan Dia merupakan pusat dari semua pewahyuan ilahi. Dia bukan saja Sang Hikmat hakiki, melainkan juga Sang Firman kekal, yang melalui-Nya Allah berbicara kepada kita, dan yang kepada-Nya Allah telah menyerahkan seluruh penghakiman. Oleh karena itu, Dialah yang di sini berseru-seru kepada orang-orang berdosa dan juga menjatuhkan penghukuman kepada mereka. Dia menyebut diri-Nya sendiri Hikmat (Luk. 7:35).
- II. Bagaimana Ia berseru-seru kepada kita, dan dengan cara apa.
- 1. Di hadapan semua orang, sehingga siapa bertelinga hendaklah ia mendengar, karena semua orang dipersilakan mengambil keuntungan dari apa yang dikatakan, dan merupakan kepentingan semua orang untuk mencamkannya. Aturan-aturan hikmat diberitakan di jalan-jalan dan di lapangan-lapangan, bukan hanya di sekolah-sekolah, atau di istana-istana para raja, melainkan juga di atas tembok-tembok (ay. 21; kjv: di pusat-pusat keramaian – pen.), di tengah-tengah orang banyak yang lalu-lalang di depan pintu-pintu gerbang kota. Sungguh menghibur jika kita menebarkan jala Injil di mana terdapat banyak ikan, dengan berharap bisa menjaring sebagiannya. Hal ini digenapi dalam diri Yesus Tuhan kita, yang mengajar secara terang-terangan di bait Allah, di tengah-tengah keramaian orang, dan tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi (Yoh. 18:20), dan memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk memberitakan Injil-Nya dari atas atap rumah (Mat. 10:27). Allah berfirman (Yes. 45:19), tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi.Tidak ada kata dan tidak ada bahasa, di mana suara Hikmat tidak terdengar. Kebenaran tidak mencari sudut-sudut yang gelap, dan kebajikan tidak malu pada dirinya sendiri.
- 2. Dengan sangat menggugah perasaan. Hikmat berseru, dan lagi ia berseru-seru, seperti orang yang sungguh-sungguh.Yesus berdiri dan berseru. Ia memperdengarkan suara-Nya, mengucapkan kata-kata-Nya sejelas mungkin dan dengan penuh perasaan. Allah ingin didengar dan diperhatikan dengan baik-baik.
- III. Apa panggilan Allah dan Kristus itu.
- 1. Ia menegur orang-orang berdosa atas kebodohan mereka dan kekerasan hati mereka untuk terus bersikap bodoh (ay. 22).
- Perhatikanlah:
- (1) Siapa orang-orang yang di sini ditegur dan diperingatkan oleh Sang Hikmat. Secara umum, mereka adalah orang-orang yang tak berpengalaman (kjv: orang-orang naif – pen.), dan oleh sebab itu sudah sewajarnya direndahkan, orang-orang yang cinta kepada keadaan itu, dan oleh sebab itu sudah sewajarnya kita merasa putus asa dengan mereka. Namun kita harus menggunakan sarana anugerah bahkan terhadap orang-orang yang mempunyai sedikit pengharapan sekalipun, karena kita tidak tahu apa yang dapat diperbuat oleh anugerah ilahi. Tiga macam orang yang di sini diberikan seruan:
- [1] Orang yang tak berpengalaman yang mencintai keadaannya (kjv: orang naif yang mencintai kenaifan – pen.). Dosa adalah kenaifan, dan orang-orang berdosa adalah orang-orang yang naif. Mereka berbuat bodoh, sangat bodoh. Sangatlah buruk keadaan orang yang mencintai kenaifan, yang gemar akan gagasan-gagasan mereka yang naif tentang kebaikan dan kejahatan, dan akan prasangka-prasangka mereka yang naif melawan jalan-jalan Allah. Mereka ini merasa senang apabila berbuat naif, menghibur diri dalam keadaan mereka yang tertipu, dan memuji diri dalam kefasikan mereka sendiri.
- [2] Pencemooh yang gemar mencemooh – orang-orang sombong yang senang menjelek-jelekkan semua orang di sekeliling mereka, para pencemooh yang mengejek semua orang, dan mengolok-olok segala sesuatu yang mereka temui. Tetapi yang terutama dimaksudkan di sini adalah para pencemooh agama, para pendosa besar, yang tidak sudi tunduk kepada kebenaran-kebenaran dan hukum-hukum Kristus, dan kepada teguran-teguran serta peringatan-peringatan firman-Nya, dan bangga dalam menghancurkan segala sesuatu yang suci dan sakral.
- [3] Orang bebal yang benci kepada pengetahuan. Tidak ada orang yang membenci pengetahuan kecuali orang bebal. Hanya orang-orang yang tidak memahami agama dengan benarlah yang menjadi musuh-musuh agama. Yang terburuk dari orang-orang bebal adalah mereka yang benci dididik dan diperbaharui, dan mempunyai kebencian yang berurat akar terhadap kesalehan yang sungguh-sungguh.
- (2) Bagaimana teguran itu diungkapkan: “Berapa lama lagi kamu akan berbuat demikian?” Ini menyiratkan bahwa Allah di sorga menginginkan pertobatan dan pembaruan orang-orang berdosa, dan bukan kehancuran mereka, bahwa Ia amat tidak berkenan dengan kekerasan hati dan kelalaian mereka, bahwa Ia menunggu waktu untuk menunjukkan rahmat-Nya, dan mau beperkara dengan mereka.
- 2. Ia mengundang mereka untuk bertobat dan menjadi bijak (ay. 23). Dalam hal ini,
- (1) Perintahnya jelas: berpalinglah kamu kepada teguranku. Teguran-teguran yang diberikan kepada kita mengenai apa yang jahat tidak akan berguna sama sekali jika kita tidak berpaling dari yang jahat kepada yang baik. Karena untuk inilah teguran itu diberikan. Berpalinglah, yaitu, kembalilah waras, berpalinglah kepada Allah, berpalinglah kepada kewajibanmu, berpaling dan hiduplah.
- (2) Janji-janji itu sangat membesarkan hati. Orang-orang yang mencintai kenaifan mendapati diri mereka berada dalam ketidakberdayaan moral untuk mengubah pikiran dan jalan mereka sendiri. Mereka tidak bisa berpaling dengan kuasa mereka sendiri. Untuk itu Allah menjawab, “Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu (kjv: Lihatlah, Aku hendak mencurahkan Roh-Ku kepadamu – pen.). Tetapkan hatimu untuk melakukan apa yang kamu bisa, maka anugerah Allah akan tinggal di dalam dirimu, dan mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan untuk melakukan kebaikan yang, tanpa anugerah itu, tidak dapat kamu lakukan.” Tolonglah dirimu sendiri, maka Allah akan menolongmu. Ulurkanlah tanganmu yang lemah terkulai, maka Kristus akan menguatkan dan menyembuhkannya.
- [1] Pemberi anugerah ini adalah Roh, dan itu sudah dijanjikan:Aku akan mencurahkan Roh-Ku, seperti minyak, seperti air. Engkau akan dipenuhi Roh secara berkelimpahan, aliran-aliran air hidup (Yoh. 7:38). Bapa kita di sorga akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya .
- [2] Sarana anugerah ini adalah perkataan, yang, jika kita menerimanya dengan benar, akan membuat kita berpaling. Oleh sebab itu dijanjikan, “Aku akan memberitahukan perkataan-Ku kepadamu, bukan hanya mengatakannya kepadamu, tetapi juga memberitahukannya, memberikannya kepadamu untuk engkau pahami.” Perhatikanlah, anugerah khusus amat penting supaya orang bertobat dengan sungguh-sunguh dan tulus hati. Anugerah itu pasti akan diberikan kepada mereka yang dengan tulus mencarinya dan tunduk kepadanya.
- 3. Ia membacakan hukuman bagi orang-orang yang tetap bersikeras melawan semua sarana dan jalan dari anugerah ini. Hukuman itu besar dan amat mengerikan (ay. 24-32). Hikmat, setelah memanggil orang-orang berdosa untuk berpaling, berhenti sejenak, untuk melihat apa dampak dari panggilan itu, ia memperhatikan dan mendengarkan; tetapi mereka tidak berkata dengan jujur! (Yer. 8:6), dan oleh sebab itu ia melanjutkan dengan memberi tahu mereka apa akhir dari semua ini.
- (1) Kejahatan itu dibacakan, dan ini amat membangkitkan murka Allah. Lihatlah karena hal apa hukuman akan diberikan pada hari penghakiman agung kepada orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat, maka engkau akan berkata bahwa mereka pantas mendapatkannya dan Tuhan itu benar dalam memberikannya. Pendeknya, kejahatan itu adalah menolak Kristus dan tawaran-tawaran anugerah-Nya, dan tidak mau tunduk kepada persyaratan-persyaratan Injil-Nya, yang akan menyelamatkan mereka baik dari kutuk hukum Allah maupun dari kekuasaan hukum dosa.
- [1] Kristus memanggil mereka, untuk memperingatkan mereka akan bahaya yang mengancam. Ia mengulurkan tangan-Nya untuk menawarkan belas kasihan kepada mereka, bahkan, untuk menolong mereka dari keadaan mereka yang menyengsarakan. Ia mengulurkan tangan-Nya untuk mereka pegang, tetapi mereka menolak dan tidak ada yang menghiraukan. Sebagian orang gegabah dan tidak pernah mencamkannya, atau memperhatikan apa yang dikatakan kepada mereka. Sementara sebagian yang lain mempunyai kemauan, namun, meskipun mereka tidak bisa tidak mendengarkan kehendak Kristus, mereka menyangkal-Nya dengan mentah-mentah, mereka menolak (ay. 24). Mereka mencintai kebodohan mereka, dan tidak mau menjadi bijak. Mereka keras kepala melawan semua cara yang diambil untuk merebut mereka kembali. Allah mengulurkan tangan-Nya dalam segala belas kasihan yang dikaruniakan kepada mereka, dan, apabila semua belas kasihan itu tidak berhasil memperbaiki mereka, maka semuanya sia-sia belaka. Mereka tidak memperhatikan pekerjaan-pekerjaan tangan-Nya sama seperti mereka tidak peduli terhadap pemberitaan-pemberitaan mulut-Nya.
- [2] Kristus menegur dan menasihati mereka, bukan hanya menegur mereka atas kesalahan yang mereka perbuat, tetapi juga menasihati mereka untuk berbuat lebih baik (itu merupakan teguran yang mendidik dan bukti akan kasih dan kehendak baik), tetapi mereka mengabaikan nasihat-Nya sebagai sesuatu yang tidak perlu didengar, dan tidak mau menerima teguran-Nya, seolah-olah mereka terlalu terhormat untuk ditegur oleh-Nya, dan seolah-olah mereka tidak pernah berbuat sesuatu yang pantas ditegur (ay. 25). Perkataan ini diulangi lagi (ay. 30): “Mereka tidak mau menerima nasihat-Ku, malah menolaknya dengan hina. Mereka menyebut teguran sebagai celaan, dan melihatnya sebagai penghinaan (Yer. 6:10). Bahkan, mereka menolak segala teguran-Ku, seolah-olah itu semua hanyalah gurauan dan tidak layak untuk diperhatikan.” Perhatikanlah, orang-orang yang sudah ditentukan untuk binasa adalah mereka yang tuli terhadap teguran dan nasihat baik.
- [3] Mereka didesak untuk tunduk kepada pemerintahan akal budi dan agama yang benar, tetapi mereka memberontak melawan keduanya. Pertama, akal budi tidak akan mengatur mereka, sebab mereka benci kepada pengetahuan (ay. 29), benci kepada terang kebenaran ilahi karena terang itu menampakkan perbuatan mereka yang jahat (Yoh. 3:20). Mereka benci diberi tahu suatu hal yang tidak tahan mereka dengar. Kedua, agama tidak dapat mengatur mereka, sebab mereka tidak memilih takut akan TUHAN, tetapi memilih berjalan menuruti hati dan pandangan mereka. Mereka ditekankan untuk selalu menempatkan Allah di depan mereka, tetapi mereka lebih memilih membuang Dia dan rasa takut kepada-Nya di belakang mereka. Perhatikanlah, orang-orang yang tidak memilih takut akan TUHAN menunjukkan bahwa mereka tidak berpengetahuan.
- (2) Hukuman diperdengarkan, dan hukuman itu sudah pasti menghancurkan. Orang-orang yang tidak mau tunduk kepada pemerintahan Allah pasti akan binasa di bawah murka dan kutukan-Nya, dan Injil sendiri tidak akan melegakan mereka. Mereka tidak mau mengambil keuntungan dari belas kasihan Allah ketika ditawarkan kepada mereka, dan oleh sebab itu sudah sewajarnya mereka jatuh sebagai korban dari keadilan-Nya (29:1). Ancaman-ancaman di sini akan mencapai kegenapannya pada hari penghakiman agung dan kesengsaraan kekal orang-orang yang tidak bertobat, yang sebagian tandanya sudah tampak dalam penghakiman-penghakiman sekarang.
- [1] Sekarang orang-orang berdosa berada dalam keadaan makmur dan aman. Mereka hidup dengan nyaman dan tidak ambil peduli dengan kesedihan. Tetapi, pertama, celaka mereka akan datang (ay. 26). Sakit-penyakit akan datang, dan itu adalah penyakit-penyakit yang akan mereka sadari sebagai pertanda dan isyarat kematian. Masalah-masalah lain akan datang, dalam pikiran, dalam harta milik, yang akan meyakinkan mereka akan kebodohan mereka dalam menjauhkan diri dari Allah. Kedua, celaka mereka akan membuat mereka sangat ketakutan. Ketakutan akan mencengkeram mereka, dan mereka sadar bahwa yang buruk akan bertambah buruk. Apabila penghakiman-penghakiman umum dinyatakan,orang-orang yang berdosa terkejut di Sion, orang-orang murtad diliputi kegentaran. Kematian menjadi raja kedahsyatan bagi mereka (Ayb. 15:21, dst.; Ayb. 18:11, dst.). Ketakutan ini akan senantiasa menyiksa mereka. Ketiga, apa yang mereka takutkan itulah yang akan terjadi. Kedahsyatan akan datang kepada mereka (apa yang mereka takutkan akan menimpa mereka). Kedahsyatan itu akan datang seperti badai, seperti banjir besar yang menghanyutkan semua yang dilewatinya. Kedahsyatan itu akan menjadi celaka bagi mereka, celaka yang sejadi-jadinya. Celaka itu akan datang seperti angin puyuh, yang dengan tiba-tiba dan hebat menghalau pergi semua sekam. Perhatikanlah, orang-orang yang tidak mau takut akan Allah, mengundang segala rasa takut akan hal-hal lain bagi diri mereka sendiri, dan mereka akan tersadar bahwa ketakutan-ketakutan mereka itu bukannya tanpa alasan. Keempat, ketakutan mereka kemudian akan berubah menjadi keputusasaan: kesukaran dan kecemasan akan datang menimpa mereka, sebab, setelah jatuh ke dalam lubang yang mereka takuti, mereka tidak akan melihat jalan keluar (ay. 27). Saul berseru (2Sam. 1:9), “Kekejangan telah menyerang aku.” Di dalam neraka terdengar ratapan, tangisan, dan kertakan gigi oleh karena kekejangan atau kesesakan, penderitaan dan kesesakan dari jiwa orang berdosa, sebagai akibat murka dan geram dari Allah yang benar (Rm. 2:8-9).
- [2] Sekarang Allah mengasihani kebodohan mereka, tetapi nanti Ia akan menertawakan celaka mereka (ay. 26): “Aku juga akan menertawakan kesusahanmu, sama seperti engkau telah menertawakan nasihatku.” Orang-orang yang mengolok-olok agama hanya akan menjadikan diri mereka sebagai bahan olokan di hadapan seluruh dunia. Orang-orang benar akan menertawakan mereka (Mzm. 52:8), sebab Allah sendiri akan berbuat demikian. Di sini tersirat bahwa mereka selama-lamanya akan dijauhkan dari segala belas kasih Allah. Sudah begitu lama mereka berdosa melawan belas kasihan sehingga sekarang mereka kehilangan belas kasihan itu karena dosa mereka.Dia tidak akan merasa sayang dan tidak akan kenal belas kasihan. Bahkan, karena keadilan-Nya dipermuliakan dalam kehancuran mereka, Dia akan senang dengan kehancuran mereka itu, walaupun sebetulnya Dia lebih ingin mereka berbalik dan hidup. Ha, Aku akan melampiaskan dendam-Ku kepada para lawan-Ku.
- [3] Sekarang Allah siap mendengarkan doa-doa mereka dan menjumpai mereka dengan belas kasihan, jika saja mereka mau datang kepada-Nya untuk mendapatkan belas kasihan itu. Tetapi nanti pintu akan ditutup, dan mereka akan berseru dengan sia-sia (ay. 28): “Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku,Tuan, Tuan, bukakanlah kami pintu! , tetapi sayang sudah terlambat. Pada waktu itu dengan senang hati mereka ingin menerima belas kasihan yang sekarang ini mereka tolak dan remehkan. Tetapi mereka tidak akan Kujawab, karena, ketika aku memanggil, mereka tidak mau menjawab.” Pada saat itu satu-satunya jawaban yang akan mereka terima adalah, “Enyahlah dari hadapan-Ku, Aku tidak tahu kamu.” Ini sudah terjadi pada sebagian orang bahkan di dalam kehidupan ini, seperti pada Saul, yang tidak dijawab Allah melalui Urim atau nabi-nabi. Akan tetapi, biasanya, selama hayat masih dikandung badan, masih ada tempat bagi doa dan harapan untuk berhasil, dan oleh sebab itu perkataan ini pasti merujuk pada keadilan yang tidak bisa diganggu gugat pada hari penghakiman agung. Pada waktu itu orang-orang yang menghina Allah akan bertekun mencari Dia (maksudnya, mencari dengan sungguh-sungguh), tetapi percuma saja. Mereka tidak akan menemukan Dia, karena mereka tidak mencari-Nya ketika Ia berkenan ditemui (Yes. 55:6). Orang kaya di neraka mengajukan permohonan, tetapi ditolak.
- [4] Sekarang mereka bertekun di jalan mereka sendiri, dan gemar akan rencana-rencana mereka sendiri. Tetapi nanti mereka akan kekenyangan dengan itu semua (ay. 31), sesuai dengan peribahasa Inggris, biarlah orang minum apa yang direbusnya sendiri. Mereka akan memakan buah perbuatan mereka. Upah mereka akan sesuai dengan pekerjaan mereka, dan, apa yang mereka pilih, itulah yang akan menimpa mereka (Gal. 6:7-8). Perhatikanlah, pertama, di dalam dosa terkandung sesuatu yang secara alami cenderung mengarah pada kebinasaan (Yak. 1:15). Orang-orang berdosa pasti akan sengsara jika mereka memakan buah perbuatan mereka. Kedua, orang-orang yang binasa harus menyalahkan diri mereka sendiri, dan tidak bisa mempersalahkan orang lain. Itu adalah rencana mereka sendiri. Biarlah mereka bermegah di dalamnya. Allah lebih menyukai memperlakukan mereka dengan sewenang-wenang (Yes. 66:4).
- [5] Sekarang mereka menghargai diri mereka sendiri berdasarkan kemakmuran duniawi. Tetapi nanti hal itu akan memperberat kehancuran mereka (ay. 32). Pertama, sekarang mereka bangga bahwa mereka dapat berpaling dari Allah dan melepaskan diri dari kekangan-kekangan agama. Tetapi hal itu justru akan membunuh mereka, kenangan akan hal itu akan menusuk hati mereka. Kedua, sekarang mereka bangga akan rasa aman dan hawa nafsu mereka. Tetapi kenyamanan orang yang tak berpengalaman (begitu arti tersiratnya) akan membunuh mereka. Semakin aman mereka, semakin pasti dan semakin mengerikan kehancuran mereka nantinya. Kemakmuran orang bebal akan membantu membinasakan mereka, dengan membuat mereka besar kepala, melekatkan hati mereka kepada dunia, membakar mereka dengan berbagai hawa nafsu, dan mengeraskan hati mereka di dalam jalan-jalan mereka yang jahat.
- 4. Salomo menutup pasal ini dengan jaminan keamanan dan kebahagiaan bagi semua orang yang tunduk kepada didikan-didikan hikmat (ay. 33): “Siapa mendengarkan aku, dan mau diatur olehku, ia akan,”
- (1) “Aman. Ia akan tinggal dalam perlindungan khusus Sorga, sehingga tidak akan ada yang benar-benar menyakitinya.”
- (2) “Ia akan tenang, dan tidak akan mempunyai kekhawatiran-kekhawatiran yang menggelisahkan akan bahaya yang mengancam. Ia tidak saja akan aman dari malapetaka, tetapi juga terlindung dari pada kedahsyatannya.”Sekalipun bumi berubah, mereka tidak akan takut. Maukah kita aman dari malapetaka, dan terlindung dari kedahsyatannya? Biarlah agama senantiasa mengatur kita dan firman Allah menjadi penasihat kita. Itulah cara untuk tinggal dengan aman di dunia ini, dan terlindung dari kedahsyatan malapetaka di dunia lain.?
SH: Ams 1:20-33 - Dua pilihan (Rabu, 21 Juli 1999) Dua pilihan
Dua kualitas hidup yang kontras, yaitu: bebal dan berhikmat,
adalah akibat dua sikap memilih yang bertentangan. Hikmat
terbuka,...
Dua pilihan
Dua kualitas hidup yang kontras, yaitu: bebal dan berhikmat, adalah akibat dua sikap memilih yang bertentangan. Hikmat terbuka, bahkan aktif mengundang setiap orang, seumpama penjaja barang di pasar-pasar. Orang yang menutup telinga terhadap undangan tersebut, menutup juga kemungkinan untuk memiliki dan menjalani kehidupan yang berbahagia. Hanya orang yang menerima undangan itu dengan segala konsekuensinya, yang akan memiliki kehidupan terpuji.
Respons aktif. Kehidupan tidak dapat berjalan dengan sendirinya, seumpama menjalani "nasib" yang tak mungkin terubahkan. Tetapi kehidupan adalah pengalaman-pengalaman yang nyata, hasil pengambilan keputusan dan kerelaan menerima akibatnya. Orang yang berpengalaman memiliki semua itu sebagai "nasib" baiknya. Sebaliknya orang yang bebal, gagal dalam hidup, terbuang dari Tuhan, tidak disebabkan oleh "nasib" buruknya. Allah telah menawarkan hikmat-Nya, yang selayaknya disambut secara aktif dalam bentuk memperhatikan, memilih takut akan Tuhan, menerima nasihat, dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Pilihan kita pada masa kini akan menjadi "nasib" kita kelak!
Doa: Ya Tuhan, berikanku hikmat-Mu, agar aku dituntunnya dalam hidup terang firman-Mu.
SH: Ams 1:20-33 - Kebalikan hikmat adalah bebal (Senin, 17 November 2003) Kebalikan hikmat adalah bebal
Untuk menjelaskan tentang hikmat, Amsal banyak berbicara
mengenai kebebalan. Amsal mengajarkan bahwa orang bebal ...
Kebalikan hikmat adalah bebal
Untuk menjelaskan tentang hikmat, Amsal banyak berbicara mengenai kebebalan. Amsal mengajarkan bahwa orang bebal adalah orang yang menolak hikmat. Bahkan firman Tuhan menjelaskan dengan saksama kepada kita bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh hikmat, asalkan ia mau menerima panggilan Tuhan. Bila ia tidak memiliki hikmat, itu disebabkan oleh pilihannya sendiri. Dengan perkataan lain, orang bebal adalah orang yang memilih untuk hidup bebal (ayat 29).
Orang bebal tidak suka mendengarkan hikmat karena hikmat seperti terang yang menyinari kebodohannya. Ia lebih suka hidup dalam kebebalannya daripada mengakui kekeliruannya. Ia akan lebih memilih teman yang sejiwa dengannya karena mereka akan membenarkan tindakannya; sebaliknya, ia membuang teman yang takut akan Tuhan sebab mereka akan menegur perbuatannya.
Orang bebal adalah orang yang angkuh dan tidak mau dipersalahkan, apalagi belajar dari kesalahan. Akibatnya ia harus memakan sendiri buah perbuatannya, bahkan menanggung akibat fatal kesalahannya (ayat 31-32).
Hikmat hanya diberikan kepada orang yang takut akan Tuhan. Sedangkan orang yang berhenti takut akan Tuhan, adalah orang yang berhenti berhikmat. Sebagai anak Tuhan kita pun bisa menjadi bebal karena adakalanya kita berhenti takut kepada Tuhan. Kita tetap melakukan dosa yang sama kendati kita tahu itu salah. Kita menutup telinga dan mata terhadap peringatan Tuhan. Harus kita waspadai, sebab suatu saat Tuhan akan membiarkan kita terjatuh sangat dalam (ayat 24-28). Di dasar sumur dosa yang dalam itulah kita baru berseru dan bertobat.
Renungkan: Dengarkanlah suara Tuhan sewaktu kita berada di “luar sumur”; mengapa memilih terjerumus dulu ke “dalam sumur” baru sadar akan suara Tuhan?
SH: Ams 1:20-33 - Jangan pilih bodoh (Rabu, 7 September 2011) Jangan pilih bodoh
Dalam amsal, hikmat sering digambarkan sebagai seorang perempuan (dalam bahasa Ibrani, Hikmat bersifat feminin). Bila sebelumnya k...
Jangan pilih bodoh
Dalam amsal, hikmat sering digambarkan sebagai seorang perempuan (dalam bahasa Ibrani, Hikmat bersifat feminin). Bila sebelumnya kita melihat gambaran seorang ayah/guru yang menasihati seorang muda yang belum berpengalaman, dalam bacaan ini kita melihat gambaran seorang perempuan yang berbicara kepada orang yang memilih jalannya sendiri.
Si Perempuan Hikmat pergi ke tempat-tempat yang memungkinkan dia didengar orang banyak. Ia pergi ke jalan-jalan, ke lapangan-lapangan, di atas tembok-tembok, dan di depan pintu-pintu gerbang kota (20-21). Lalu kepada siapa ia memperdengarkan suaranya? Kepada orang yang tak berpengalaman, pencemooh, dan orang bebal (22). Mengapa si Perempuan Hikmat menujukan perkataannya kepada mereka? Kita perhatikan kesamaan di antara ketiga jenis orang itu: mereka tidak ingin berubah. Parahnya, itu bukan karena mereka bodoh melainkan karena tidak peduli, abai, dan menolak seruan hikmat (24-25, 29-30). Akibatnya fatal! Tak ada jalan untuk kembali. Celaka akan menimpa mereka (26-27, 31-32). Pada saat itu tidak ada gunanya lagi membuka diri pada nasihat (28). Pada saat itu tak ada gunanya lagi mencari pertolongan dari si Perempuan Hikmat, karena ia justru akan menertawakan dan mengolok-olok mereka (26). Ia juga tidak mau menjawab mereka (28). Bukan karena ia kejam atau tak berperikemanusiaan, melainkan karena kebodohan orang yang memilih untuk tetap menjadi bodoh sehingga tidak mau belajar dan tidak mau waspada terhadap hal-hal yang akan terjadi kemudian.
Orang memang bebas memilih cara hidupnya. Namun harus diingat bahwa hidup seseorang merupakan hasil dari pilihan-pilihan yang telah dibuat. Jadi jelas bahwa kebodohan seseorang bukan akibat dari sesuatu yang disebut nasib atau takdir. Kebodohan orang terjadi karena kesalahannya sendiri (31-32), tidak mau belajar dan tidak mau terbuka pada hikmat. Orang yang memilih untuk tetap bodoh akan menanggung konsekuensi dari kebodohannya. Namun jalan hikmat adalah jalan menuju kehidupan yang dipenuhi damai sejahtera.
SH: Ams 1:20-33 - Ketika Hikmat Memanggil (Rabu, 27 Juli 2022) Ketika Hikmat Memanggil
Dalam dunia ini banyak hal dapat menjadi pengejaran dalam hidup manusia. Kesuksesan, kekuasaan, ketenaran, dan kenyamanan hid...
Ketika Hikmat Memanggil
Dalam dunia ini banyak hal dapat menjadi pengejaran dalam hidup manusia. Kesuksesan, kekuasaan, ketenaran, dan kenyamanan hidup seolah memanggil-manggil kita sehingga perhatian kita teralih dan terfokus padanya. Bahkan, tidak jarang kita meninggalkan hal-hal yang sangat berharga dalam hidup kita seperti iman, keluarga, dan kesehatan untuk mengikuti panggilan-panggilan dunia tersebut.
Dalam bacaan hari ini, hikmat digambarkan penulis amsal seperti seseorang yang berteriak memanggil siapa saja yang ditemuinya (20-21). Terlebih ketika hikmat bertemu dengan mereka yang tidak mau menjadi lebih bijak dalam hidupnya. Hikmat itu seolah-olah mengingatkan mereka serta terus memanggil mereka untuk bertobat dan berubah supaya setiap orang dapat hidup lebih baik dan lebih benar. Sebab sesungguhnya, Tuhan Sang Sumber hikmat itu ingin mengajar dan menyatakan kebenaran-Nya (22-23). Namun sayangnya, banyak orang yang menolak dan mengeraskan hati.
Banyak orang merasa dirinya cukup berpengetahuan juga cukup mampu untuk mengatur dan menjalankan hidup yang sempurna sehingga menolak untuk diatur oleh Tuhan. Banyak orang tidak menyadari bahwa sesungguhnya mereka adalah orang yang berdosa dengan banyak cacat cela sehingga sering membuat kesalahan dan bertindak bodoh dalam hidupnya. Mereka itulah orang-orang yang Amsal sebut sebagai orang bebal dan yang hidupnya akan menuju kepada kebinasaan (32).
Oleh sebab itu, hari ini kita diingatkan untuk senantiasa menjadi orang yang rendah hati serta bersedia mendengar dan menerima nasihat. Ada pun nasihat yang Tuhan nyatakan kepada kita adalah panggilan hikmat yang mengingatkan kita ketika kita merenungkan firman-Nya. Tuhan juga menegur kita melalui pasangan atau sahabat kita, rekan-rekan sepelayanan, bahkan juga orang-orang yang kurang kita sukai. Tuhan dapat memakai siapa saja dan situasi apa saja untuk menuntun kita kepada jalan yang benar.
Oleh karena itu, ikutilah panggilan hikmat yang sedang berseru-seru memanggil kita. [ABL]
Topik Teologia -> Ams 1:33
Topik Teologia: Ams 1:33 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Pemeliharaan Allah
Pemeliharaan Allah Berlaku di Dalam Kehidupan Orang-orang Percaya
Pemeliharaan-Nya Me...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Pemeliharaan Allah Berlaku di Dalam Kehidupan Orang-orang Percaya
- Pemeliharaan-Nya Menyelamatkan Orang-orang Percaya
- Kej 7:1,4,7 2Ra 22:18-20 Ayu 4:7 Ayu 5:17,19-21 Ayu 36:6-7 Maz 32:7 Maz 33:18-19 Maz 34:7,17 Maz 35:10 Maz 37:25 Maz 50:14-15 Maz 55:18 Maz 56:13 Maz 72:12 Maz 91:9-10 Ams 1:33 Ams 12:28 Pengk 8:5 Yes 54:14-15 Yer 39:16-18 Yeh 18:5-9 Amo 5:4 Rom 7:24-26 Rom 8:1-2 2Ko 1:10 Gal 1:3-4 Kol 1:13 1Te 1:10 2Ti 4:18 2Pe 2:5,9
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Manusia Diciptakan sebagai Makhluk Moral
- Manusia Membuat Keputusan Moral
- Existensi Keputusan Moral
- Kej 3:1-5 Kel 19:5 Ima 26:3-6,9-12,14-17 Ula 30:15-20 Yos 24:14-15 2Sa 24:12-13 1Ra 3:14 1Ra 18:21 Ayu 36:11-12 Maz 1:1-2 Maz 103:17-18 Maz 112:1 Ams 1:29-33 Ams 19:16 Ams 28:14 Yes 1:18-20 Yer 21:8-9 Yer 22:3-5 Yeh 33:14-16 Mat 5:19 Mat 5:44-45 Mat 6:14-15 Mat 6:24 Mat 7:1-2 Mar 3:35 Yoh 7:17 Yoh 14:15 Yak 2:10-13
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Keyakinan pada Allah
- Nilai Keyakinan Kita kepada Allah
- Keyakinan pada Allah Melindungi Kita dari Ketakutan
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Amsal (Pendahuluan Kitab) Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL...
Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL Ibrani secara khusus terbagi atas tiga bagian: Hukum, Kitab Para Nabi, dan Tulisan-Tulisan (bd. Luk 24:44). Termasuk dalam bagian ketiga ialah kitab-kitab Syair dan Hikmat seperti Ayub, Mazmur, Amsal, dan Pengkhotbah. Demikian pula, Israel kuno mempunyai tiga golongan hamba Tuhan: para imam, para nabi, dan para bijak ("orang berhikmat"). Kelompok orang bijak khususnya dikaruniai hikmat dan nasihat ilahi mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis dan filosofis. Amsal merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan.
Istilah Ibrani _mashal_, yang diterjemahkan "amsal", bisa berarti "ucapan" orang bijak, "perumpamaan", atau "peribahasa berhikmat". Karena itu ada beberapa ajaran (ucapan orang bijak) yang agak panjang dalam kitab ini (mis. Ams 1:20-33; Ams 2:1-22; Ams 5:1-14), dan juga aneka pernyataan ringkas yang menggugah berisi hikmat untuk hidup dengan bijaksana dan benar. Sedangkan kitab Amsal menyajikan suatu bentuk pengajaran berupa amsal yang umum dipakai di Timur Dekat zaman dahulu, hikmatnya itu khusus karena disajikan dalam konteks Allah dan semua standar kebenaran-Nya bagi umat perjanjian Allah. Alasan-alasan popularitas pengajaran berupa amsal pada zaman kuno ialah kejelasannya dan sifat mudah dihafalkan dan disampaikan kepada angkatan berikutnya.
Sebagaimana Daud menjadi sumber tradisi bermazmur di Israel, demikian Salomo menjadi sumber tradisi hikmat (lih. Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1). Menurut 1Raj 4:32, Salomo menghasilkan 3000 amsal dan 1005 kidung semasa hidupnya. Penulis lain yang disebutkan dalam Amsal adalah Agur (Ams 30:1-33) dan Raja Lemuel (Ams 31:1-9), keduanya tidak kita kenal. Penulis-penulis lain disebut secara tak langsung dalam Ams 22:17 dan Ams 24:23. Sekalipun sebagian besar Amsal ini digubah pada abad ke-10 SM, waktu terdini yang mungkin bagi selesainya penyusunan kitab ini adalah masa pemerintahan Hizkia (yaitu sekitar 700 SM). Keterlibatan para pegawai Hizkia dalam menyusun amsal-amsal Salomo (Ams 25:1--29:27) dapat diberi tanggal tahun 715-686 SM sementara masa kebangunan rohani yang dipimpin raja yang takut akan Allah ini. Sangat mungkin amsal-amsal gubahan Agur, Lemuel, dan "amsal-amsal dari orang bijak" lainnya terkumpul juga pada waktu itu.
Tujuan
Tujuan kitab ini dinyatakan dengan jelas dalam Ams 1:2-7: memberi hikmat dan pengertian mengenai perilaku yang bijak, kebenaran, keadilan, dan kejujuran (Ams 1:2-3) sehingga
- (1) orang yang tidak berpengalaman dapat menjadi orang bijak (Ams 1:4),
- (2) kaum muda dapat memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (Ams 1:4), dan
- (3) orang bijak bisa menjadi lebih bijak lagi (Ams 1:5-6).
Sekalipun Amsal pada hakikatnya adalah buku pedoman hikmat untuk hidup dengan benar dan bijaksana, landasan yang diperlukan oleh hikmat tersebut dinyatakan dengan jelas sebagai "takut akan Tuhan" (Ams 1:7).
Survai
Tema yang mempersatukan kitab ini ialah "hikmat untuk hidup dengan benar", sebuah hikmat yang berawal dari tunduk dengan rendah hati kepada Allah dan kemudian mengalir kepada semua bidang kehidupan. Hikmat dalam Amsal ini
- (1) memberi nasihat mengenai keluarga, kaum muda, kemurnian seksual, kesetiaan hubungan pernikahan, kejujuran, kerja keras, kemurahan, persahabatan, keadilan, kebenaran, dan disiplin;
- (2) memperingatkan mengenai bodohnya dosa, pertengkaran, bahaya lidah, kebebalan, minuman keras, kerakusan, nafsu, kebejatan, kebohongan, kemalasan, teman-teman yang tidak baik;
- (3) membandingkan kebijaksanaan dengan kebodohan, orang benar dengan orang fasik, kesombongan dengan kerendahan hati, kemalasan dengan kerajinan, kemiskinan dan kekayaan, kasih dan hawa nafsu, benar dan salah, serta kematian dan kehidupan.
Walaupun kitab ini, seperti Mazmur, tidak dapat diringkas dengan mudah seperti kitab lainnya dalam Alkitab, terdapat struktur yang jelas (lih. Garis Besar); secara khusus hal ini berlaku dalam pasal 1-9 (Ams 1:1--9:18) yang berisi 13 ajaran sebagaimana akan diberikan oleh seorang ayah kepada putranya bila memasuki usia remaja. Terkecuali tiga ajaran (lih. Ams 1:30; Ams 8:1; Ams 9:1), masing-masing diawali dengan "hai, anakku" atau "hai, anak-anakku." Ke-13 ajaran ini berisi banyak titah hikmat yang penting bagi kaum muda. Mulai dengan pasal 10 (Ams 10:1-32) Amsal berisi pengarahan penting mengenai hubungan keluarga (mis. Ams 10:1; Ams 12:4; Ams 17:21,25; Ams 18:22; Ams 19:14,26; Ams 20:7; Ams 21:9,19; Ams 22:6,28; Ams 23:13-14,22,24-25; Ams 25:24; Ams 27:15-16; Ams 29:15-17; Ams 30:11; Ams 31:10-31). Sekalipun Amsal adalah kitab yang isinya sangat praktis, kitab ini juga berisi pandangan yang dalam tentang Allah. Allah adalah perwujudan hikmat (mis. Ams 8:22-31) dan Pencipta (mis. Ams 3:19-20; Ams 8:22-31; Ams 14:31; Ams 22:2); Allah digambarkan sebagai mahatahu (mis. Ams 5:21; Ams 15:3,11; Ams 21:2), adil (mis. Ams 11:1; Ams 15:25-27,29; Ams 19:17; Ams 21:2-3), dan berdaulat (mis Ams 16:9,33; Ams 19:21; Ams 21:1). Amsal ditutup dengan sebuah pujian mengesankan bagi seorang istri yang berbudi luhur (Ams 31:10-31).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Hikmat, bukannya dikaitkan dengan kepandaian atau pengetahuan yang luas, tetapi dihubungkan langsung dengan "takut akan Tuhan" (Ams 1:7); jadi orang berhikmat adalah mereka yang mengenal Allah dan menaati perintah-perintah-Nya. Takut akan Tuhan ditekankan berulang-ulang dalam kitab ini (Ams 1:7,29; Ams 2:5; Ams 3:7; Ams 8:13; Ams 9:10; Ams 10:27; Ams 14:26-27; Ams 15:16,33; Ams 16:6; Ams 19:23; Ams 22:4; Ams 23:17; Ams 24:21).
- (2) Sebagian besar nasihat bijaksana dalam Amsal ini adalah dalam bentuk nasihat seorang ayah yang saleh kepada anak atau anak-anaknya.
- (3) Inilah kitab yang paling praktis dalam PL karena menyentuh lingkup prinsip-prinsip dasar yang luas untuk hubungan dan perilaku hidup sehari-hari yang benar -- prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kepada semua angkatan dan kebudayaan.
- (4) Hikmat praktis, ajaran saleh, dan prinsip-prinsip hidup mendasar disajikan dalam bentuk pernyataan singkat dan mengesankan yang mudah dihafalkan dan diingat oleh kaum muda sebagai garis pedoman bagi hidup mereka.
- (5) Keluarga menduduki tempat penting yang menentukan dalam Amsal, bahkan seperti dalam perjanjian Allah dengan Israel (bd. Kel 20:12,14,17; Ul 6:1-9). Dosa-dosa yang melanggar maksud Allah bagi keluarga disingkapan secara khusus dan diberi peringatan.
- (6) Ciri sastra yang menonjol dalam amsal-amsal ialah banyak menggunakan bahasa kiasan yang hidup (mis. simile dan metafora), perbandingan dan perbedaan, ajaran singkat, dan pengulangan.
- (7) Istri dan ibu bijaksana yang digambarkan pada akhir kitab (pasal 31; Ams 31:1-31) adalah unik dalam sastra kuno karena
pandangannya yang tinggi dan mulia tentang seorang wanita bijak.
- (8) Nasihat berhikmat dalam Amsal merupakan pendahulu PL bagi banyak nasihat praktis yang terdapat dalam surat-surat PB.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Hikmat diwujudkan dalam pasal 8 (Ams 8:1-36) dengan cara yang mirip dengan perwujudan _logos_ ("Firman") dalam kitab Yohanes (Yoh 1:1-18). Hikmat itu
- (1) ikut terlibat dalam penciptaan (Ams 3:19-20; Ams 8:22-31),
- (2) terkait dengan asal-usul kehidupan biologis dan rohani (Ams 3:19; Ams 8:35),
- (3) dapat diterapkan pada hidup yang benar dan bermoral (Ams 8:8-9), dan
- (4) tersedia bagi mereka yang mencarinya (Ams 2:1-10; Ams 3:13-18; Ams 4:7-9; Ams 8:35-36). Hikmat Amsal diungkapkan dengan sempurna dalam Yesus Kristus, yang "lebih daripada Salomo" (Luk 11:31), yang "telah menjadi hikmat bagi kita" (1Kor 1:30) dan yang "di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kol 2:3).
Full Life: Amsal (Garis Besar) Garis Besar
I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7)
II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1...
Garis Besar
- I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7) - II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1:8-9:18) - A. Hormatilah Orang-Tua dan Perhatikan Nasihat Mereka
(Ams 1:8-9) - B. Katakan "Tidak" kepada Semua Bujukan Orang Berdosa
(Ams 1:10-19) - C. Tunduklah pada Hikmat dan Takut akan Tuhan
(Ams 1:20-33) - D. Carilah Hikmat dengan Pengertian dan Kebajikannya
(Ams 2:1-22) - E. Ciri-Ciri Khas dan Manfaat Hikmat Sejati
(Ams 3:1-35) - F. Hikmat Sebagai Harta Keluarga
(Ams 4:1-13,20-27) - G. Hikmat dan Dua Jalan Hidup Ini
(Ams 4:14-19) - H. Bujukan dan Kebodohan Kebejatan Seksual
(Ams 5:1-14) - I. Nasihat Mengenai Kesetiaan Dalam Pernikahan
(Ams 5:15-23) - J. Hindari Tanggungan Utang Orang Lain, Kemalasan dan Penipuan
(Ams 6:1-19) - K. Kebodohan yang Sangat dari Semua Bentuk Kebejatan Seksual
(Ams 6:20-7:27) - L. Imbauan Hikmat
(Ams 8:1-36) - M. Hikmat dan Kebebalan Diperbandingkan
(Ams 9:1-18) - III.Himpunan Utama Amsal-Amsal Salomo
(Ams 10:1-22:16) - A. Amsal-Amsal yang Membandingkan Orang Benar dengan Orang Fasik
(Ams 10:1-15:33) - B. Amsal-Amsal yang Mendorong Hidup Benar
(Ams 16:1-22:16) - IV. Perkataan Tambahan Orang Bijak
(Ams 22:17-24:34) - V. Amsal-Amsal Salomo yang Dikumpulkan Para Pegawai Hizkia
(Ams 25:1-29:27) - A. Amsal-Amsal Tentang Bermacam-Macam Orang
(Ams 25:1-26:28) - B. Amsal-Amsal Tentang Berbagai Kegiatan
(Ams 27:1-29:27) - VI. Kata-Kata Hikmat Terakhir
(Ams 30:1-31:31) - A. Oleh Agur
(Ams 30:1-33) - B. Oleh Lemuel
(Ams 31:1-9) - C. Mengenai Istri yang Bersifat Mulia
(Ams 31:10-31)
Matthew Henry: Amsal (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang kita dapati,
I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengataka...
- Di hadapan kita sekarang kita dapati,
- I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengatakan demikian) yang dipakai oleh Roh Kudus untuk mengungkapkan pikiran Allah kepada kita, yang menulis sebagaimana ia digerakkan oleh tangan Allah (begitulah Roh Allah disebut). Orang ini adalah Salomo. Melalui tangannya jadilah kitab suci ini dan dua kitab yang mengikutinya, Pengkhotbah dan Kidung Agung, sebuah khotbah dan sebuah kidung. Menurut pendapat sebagian orang, Salomo menulis Kidung Agung ketika masih sangat muda, Amsal ketika paruh baya, dan Pengkhotbah ketika sudah tua. Dalam judul Kidung Agungnya, ia hanya menyebut dirinya sebagai Salomo, mungkin karena ia menulisnya sebelum naik takhta, ketika dipenuhi oleh Roh Kudus pada waktu muda. Dalam judul Amsalnya, ia menyebut dirinya sebagai Salomo bin Daud, raja Israel, sebab pada waktu itu ia memerintah atas seluruh Israel. Dalam judul Pengkhotbahnya, ia menyebut dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem, karena mungkin pada waktu itu pengaruhnya atas suku-suku yang jauh sudah berkurang, dan pemerintahannya terbatas di sekitar Yerusalem. Mengenai penulis ini, kita dapat mengamati,
- 1. Bahwa ia adalah seorang raja, dan anak raja. Sebagian besar penulis kitab suci, sampai sejauh ini, merupakan orang-orang yang berkedudukan tinggi di dunia, seperti Musa dan Yosua, Samuel dan Daud, dan sekarang Salomo. Namun, sesudahnya, penulis-penulis yang penuh ilham pada umumnya adalah nabi-nabi yang miskin, orang-orang yang tidak terpandang di dunia, karena pembabakan baru yang kian mendekat. Dalam pembabakan ini Allah akan memilih apa yang lemah dan bodoh bagi dunia untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan yang kuat, dan orang miskin harus dipekerjakan untuk memberitakan Injil. Salomo adalah seorang raja yang kaya raya, dan kekuasaannya sangatlah luas, raja nomor wahid. Namun demikian, ia bergemar dalam mempelajari perkara-perkara ilahi, dan merupakan seorang nabi dan anak nabi. Bukanlah suatu penghinaan bagi raja-raja dan penguasa-penguasa besar di dunia untuk mengajarkan agama dan hukum-hukumnya kepada orang-orang di sekitar mereka.
- 2. Bahwa ia adalah seorang yang dikaruniai Allah dengan hikmat dan pengetahuan yang luar biasa, sebagai jawaban atas doa-doanya pada waktu ia naik takhta. Doanya itu patut dicontoh: “Berilah aku hikmat dan pengertian.” Jawaban untuk doa itu membesarkan hati: ia mendapatkan apa yang diinginkanya dan semua hal lain ditambahkan kepadanya. Sekarang di sini kita mendapati bagaimana ia memanfaatkan dengan baik hikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Ia tidak hanya mengatur dirinya sendiri dan kerajaannya dengan hikmat itu, tetapi memberikan aturan-aturan hikmat kepada orang lain juga, dan meneruskannya kepada angkatan berikutnya. Demikian pulalah kita harus mengembangkan talenta-talenta yang dipercayakan kepada kita, sesuai dengan apa talenta-talenta itu.
- 3. Bahwa ia adalah orang yang tidak luput dari kesalahan, dan menjelang akhir hidupnya berpaling dari jalan-jalan Allah yang baik itu, yang kepadanya dia mengarahkan orang lain dalam kitab ini. Kita bisa membaca kisahnya dalam 1 Raja-raja 11, dan sungguh merupakan kisah yang sedih, bahwa penulis kitab seperti ini sampai murtad seperti yang diperbuatnya. Janganlah kabarkan itu di Gat. Tetapi biarlah dari sini orang-orang penting yang tersohor berjaga-jaga agar tidak sombong atau merasa aman-aman. Biarlah kita semua belajar untuk tidak menganggap buruk ajaran-ajaran yang baik meskipun kita mendapatkannya dari orang-orang yang hidupnya tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang mereka ajarkan sendiri.
- II. Cara menulis yang baru, yang di dalamnya hikmat ilahi diajarkan kepada kita melalui amsal-amsal, atau kalimat-kalimat pendek, yang memuat seluruh maknanya secara sendiri-sendiri dalam setiap kalimat dan tidak berhubungan satu sama lain. Sebelumnya kita sudah mendapati hukum-hukum, sejarah-sejarah, dan nyanyian-nyanyian ilahi, dan sekarang amsal-amsal ilahi. Seperti itulah beragam cara yang telah dipakai oleh Hikmat Tak Terbatas untuk mengajar kita, supaya, karena tidak satu pun batu yang tidak dibalik untuk membawa kebaikan bagi kita, kita tidak dapat berdalih jika kita binasa dalam kebodohan kita. Mengajar dengan amsal merupakan,
- 1. Cara mengajar di zaman kuno. Ini merupakan cara yang paling kuno di antara orang-orang Yunani. Setiap orang dari tujuh orang bijak Yunani mempunyai semacam satu pepatah yang di dalamnya terkandung nilai mengenai dirinya sendiri, dan yang membuatnya tersohor. Pepatah-pepatah itu digoreskan pada tiang-tiang, dan dipuja-puja dengan begitu rupa sampai orang mengatakannya turun dari sorga. A cœlo descendit, Gnothi seauton – Kenalilah dirimu sendiri adalah perintah yang turun dari sorga.
- 2. Cara mengajar yang jelas dan mudah, yang tidak membutuhkan banyak usaha besar dari guru maupun murid, dan juga tidak memeras otak serta ingatan mereka. Ungkapan-ungkapan yang panjang dan argumentasi-argumentasi yang sukar harus menguras pikiran yang menyusunnya maupun yang harus memahaminya, sedangkan sebuah amsal, yang menyampaikan pengertian sekaligus buktinya dalam kalimat singkat, cepat ditangkap dan diikuti, dan mudah diingat. Baik ibadah-ibadah Daud maupun ajaran-ajaran Salomo singkat tetapi padat. Cara pengungkapan seperti ini dapat dicontoh oleh orang-orang yang melayani perkara-perkara kudus, baik dalam berdoa maupun berkhotbah.
- 3. Cara mengajar yang bermanfaat, dan secara menakjubkan memenuhi apa yang ingin dicapai. Kata mashal, yang di sini digunakan untuk amsal, berasal dari kata yang berarti memerintah atau mempunyai kekuasaan, karena kekuatan dan pengaruh yang berkuasa yang dimiliki pepatah-pepatah bijak dan berbobot atas anak-anak manusia. Barangsiapa mengajar dengan peribahasa berarti dominatur in concionibus – menguasai para pendengarnya. Mudah untuk mengamati bagaimana dunia diatur oleh amsal. Perkataan seperti peribahasa orang tua-tua (1Sam. 24:14), atau (sebagaimana yang biasa kita katakan) seperti kata pepatah, amat berpengaruh dalam membentuk gagasan-gagasan kebanyakan orang dan membulatkan tekad-tekad mereka. Banyak dari hikmat orang-orang zaman dulu diteruskan kepada keturunan mereka melalui amsal. Sebagian orang berpendapat bahwa kita bisa menilai sifat dan tabiat sebuah bangsa melalui ciri-ciri peribahasa rakyatnya. Amsal dalam percakapan adalah seperti aksioma (pernyataan yang dianggap benar – pen.) dalam filsafat, seperti maksim (kebenaran umum – pen.) dalam hukum, dan dalil dalam matematika, yang tidak dibantah siapa pun, tetapi yang berusaha diuraikan semua orang agar hal-hal tersebut berpihak kepada mereka. Namun, ada banyak amsal yang bobrok, yang cenderung merusak pikiran manusia dan mengeraskan mereka di dalam dosa. Iblis mempunyai pepatah-pepatahnya sendiri, dan dunia serta kedagingan juga mempunyai pepatah-pepatah mereka sendiri, yang mencerminkan penghinaan terhadap Allah dan agama (seperti dalam Yehezkiel 12:22; 18:2). Agar kita waspada terhadap pengaruh-pengaruh jahatnya, Allah juga mempunyai pepatah-pepatah-Nya sendiri, yang kesemuanya bijak dan baik, dan bertujuan menjadikan kita demikian. Amsal-amsal Salomo ini bukanlah sekadar kumpulan kata-kata bijak yang sudah disampaikan sebelumnya, sebagaimana sebagian orang menyangkanya, melainkan apa yang diungkapkan oleh Roh Allah kepada Salomo. Yang pertama-tama dari amsal ini (1:7) selaras dengan apa yang sudah difirmankan Allah kepada manusia pada mulanya (Ayb. 28:28, sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat). Karena itu, walaupun Salomo orang besar, dan namanya merupakan jaminan mutu bagi tulisan-tulisannya seperti nama orang-orang besar lain, namun, sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo. Allahlah, melalui Salomo, yang di sini berbicara kepada kita. Saya katakan, kepada kita. Sebab amsal-amsal ini ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, dan, ketika Salomo berbicara kepada anaknya, nasihat itu dikatakan berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak (Ibr. 12:5). Sama seperti tidak ada kitab yang begitu bermanfaat bagi ibadah-ibadah kita seperti mazmur-mazmur Daud, demikian pula tidak ada kitab yang begitu bermanfaat untuk mengatur segala perilaku kita dengan benar seperti amsal-amsal Salomo. Seperti yang dikatakan Daud tentang perintah-perintah Allah, amsal-amsal Salomo itu teramat sangat luas. Dalam kalimat-kalimat pendek, amsal-amsalnya berisi kumpulan lengkap perkara-perkara ilahi yang berkaitan dengan etika, politik, dan ekonomi, dengan menyingkapkan setiap kejahatan, memuji setiap kebaikan, dan menyarankan pedoman-pedoman untuk mengatur diri kita dalam setiap hubungan dan keadaan, dan dalam setiap alur pembicaraan. Uskup Hall, seorang cendekiawan, menarik sebuah ajaran filsafat moral dari Amsal dan Pengkhotbah Salomo ini. Sembilan pasal pertama dari kitab Amsal ini dianggap sebagai pendahuluan, yang menasihati kita agar mempelajari dan melaksanakan aturan-aturan hikmat, dan memperingatkan kita terhadap perkara-perkara yang akan menghalang-halangi kita dalam melakukannya. Jadi, di sini kita mendapati jilid pertama dari amsal-amsal Salomo dalam pasal Amsal 10-24. Setelah itu jilid kedua, pasal 25-29. Kemudian nubuatan Agur, pasal 30, dan nubuatan Lemuel, pasal 31. Maksud dari kesemuanya ini satu dan sama, untuk mengarahkan kita agar mengatur perilaku hidup kita dengan baik sehingga pada akhirnya kita dapat melihat keselamatan yang datang dari Tuhan. Komentar terbaik untuk aturan-aturan ini adalah dengan diatur olehnya.